Temuan ini
didasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan peneliti dari Griffith
University di Queensland, Australia. Peneliti merekrut beberapa wanita
muda dan membaginya menjadi dua kelompok. Yang pertama adalah para
wanita yang terbiasa memakai sepatu high heels dengan hak 5 cm atau
lebih selama 40 jam dalam seminggu dalam dua tahun. Sementara kelompok
kedua adalah para wanita yang selalu memakai flat shoes. Peneliti
kemudian meminta semua partisipan untuk berjalan tanpa high heels guna
menilai apakah telah terjadi perubahan cara mereka berjalan.
Para
peneliti juga meminta semua partisipan berjalan disebuah runway
bersensor sepanjang 26 kaki atau sekitar 7-8 meter untuk mengetahui
tekanan masing-masing kaki di lantai beserta gerakan sendi dan otot.
Peneliti menemukan para wanita yang terbiasa memakai sepatu high heels
memiliki cara jalan yang berbeda, bahkan saat mereka berjalan tanpa alas
kaki dan saat mereka beralih menggunakan flat shoes.
“Wanita yang
terbiasa memakai high heels pada sebagian besar aktivitasnya, maka
posisi kaki dan tumit pada saat memakai high heels akan menjadi standar
baru bagi bagi sendi dan struktur dalam kaki,” ungkap peneliti Neil J
Cronin.
Temuan yang
dipublikasikan dalam Journal of Applied Physiology bulan ini juga
menunjukkan wanita yang terbiasa memakai high heels dilaporkan mengambil
langkah lebih pendek dalam berjalan atau berlari. Setelah diteliti,
otot kaki wanita yang terbiasa memakai high heels ternyata mengalami
perubahan, menjadi lebih tipis dan tegang. Akibatnya, kemampuan untuk
berjalan dan berlari dengan cepat pun menjadi berkurang.
Bahkan Dr
Cronin juga menambahkan pemakai high heels lebih mungkin menderita
kelelahan otot dan cedera regangan. Maka sebaiknya berilah waktu waktu
pada kaki untuk beristirahat dari ketegangan yang diakibatkan saat
memakai high heels.
0 komentar:
Posting Komentar